Ada 2 versi yang
menyatakan makan sultan Mahmud malaka. tapi lokasi nya yang tertera dalam kitab
sulatus salatin itu berada di Kampar, ada yang menyatakan makam beliau ada di pekantua pelalawan di kompleks pemakaman tua yang
bernama makam jauh memang dahulu pelalawan berada di kabupaten kampar, dan yang
satu lagi berada di daerah yang bener – bener bernama Kampar dari dahulu nya
yang masyarkat setempat lebih senang menyebut kampau (Kampar.red) .
Di sini saya akan
mengulas sejarah versi makam sultan Mahmud versi Kampar tempat nya berada di
dusun merbau barat, koto perambahan – kec. Kampar timur.
Pada tahun 70 – an masjid
ini sempat mengalami renovasi bentuk tapi tidak mengubah bentuk dari masjid, bentuk masjid ini sama dengan masjid jami di air tiris,
masjid ini semula nya full dari kayu tapi sejak di renovasi sudah banyak beton
yang menempel tapi sebagian masih ada yang tersisa dari bangunan lama.
Ketika sampai, ternyata
datuk yang di cari sedang duduk santai di depan rumahnya melihat pekerja yang
sedang memasang keramik di rumahnya yang di bilang cukup bagus itu, umur datuk
somo sendiri sudah lebih dari 90 tahun tampatnya kondisi beliau tidak begitu
sehat, yang kemudian menyuruh masuk ke rumah beliau.
Dari itu saya mulai menanyakan
berbagai hal kepada datuk somo ini, di usianya yang memang sudah renta ini agak
sulit untuk mengingat kembali sejarah turun temurun itu,
Beliau berkisah, ketika
itu Melaka di serang oleh bangsa portugis karena sultan Mahmud ini kalah dalam
peperangan maka beliau melarikan diri, pelarian pertama nya beliau merapat ke
pulau bintan karena masih di kejar oleh pihak portugis dan kemudian pihak
sultan Mahmud menelusuri sungai Kampar dan merapat di koto perambahan, tempat
mereka mereka ini asal mula nama perambahan terang datuk somo. Kemudian beliau
kembali bercerita bahwa kemudian sultan Mahmud ini menjadi sultan di daerah
tersebut, ada 13 sultan yang pernah memimpin. Istana dari kesultanan Kampar ini
sendiri sekarang sudah di hancurkan pada tahun 60- an dan salah satu yang
paling merasa bersalah itu adalah datuk somo ini karena beliau lah yang
menandatangi istana itu di rubah untuk sekolah dasar, datuk somo memberikan
bayangan kalau istana itu berbentuk rumah lontiok yang ukuran nya besar dan
tiang – tiangnya besar, di dalam istana tersebut banyak tersimpan lelo, tombak,
pedang, peti – peti dll namun ketika istana itu di robohkan barang tersebut
ikut hilang entah kemana, catatan – catatan manuskrip juga tidak ada di temukan
lagi sehingga cop mohor itu lah yang paling di lindungi sekarang ini sebagai
buktinya. Makam dari sultan Mahmud sendiri tidak berada di koto perambahan ini
tapi berada di koto tinggi yang berada di kecamatan tambang. Makan sultan yang
berada di koto perambahan ini yang sempat di lihat adalah makam sultan terakhir
dari kampar.
Selama lama berbincang
datuk somo menyuruh anaknya untuk menelpon datuk bosau beliau juga merupakan
datuk pembesar di situ yang menyimpang cap mohor dari sultan Melaka. Setelah sekian
lama berbincang dengan datuk somo saya lanjutkan melawat ke rumah datuk bosau,
ketika di sampai di sana beliau menceritakan hal yang sama, ketika di Tanya cap
mohor ternyata di simpan di rumah persukuan karena keterbatasan waktu saya
tidak sempat untuk melihatnya,
ada hal yang menarik yang di sampai kan datuk –
datuk ini ketika kami mau pergi dimana tokoh – tokoh adat begitu resah tentang
sejarah Kampar yang di buat oleh oknum – oknum tertentu yang di publikasikan di
berbagai media, karena mereka mengganggap sejarah itu tidak benar, bahkan
mereka mencerita kan bahwa yang rutin meneliti itu adalah professor suwardi
yang merupakan akademisi di UR dan juga duduk di Lembaga Adat Melayu riau,
prof, kelahiran taluk kuatan ini sangat getol mengenalkan sejarah Kampar. Dan tentu
nya Lembaga adat di Kampar sendiri serta dari Malaysia.
Mereka lah yang tahu
selain para tetua adat di sini ucap tokoh adat ini
Ketika saya minta izin memfoto datuk somo beliau
ingin di foto dengan topi kebesaran adatnya yang beliau katakana sudah berusia
200 tahun tersebut, datuk somo mengatakan saya lah orang tokoh paling di tua
kan di sini ini lah bukti siapa saya, dan saya lah orang paling merasa bersalah
ketika saya tanda tangani surat merubuhkan istana Kampar itu, dan saya lah yang
paling tau sejarah Kampar ini beserta 5 orang datuk lainnya. tidak lah salah datuk somo ini berkata demikian beliau sebagai tokoh adat tentu lebih tau banyak sejarah para leluhurnya, keresahan beliau juga karena sejarah yang beredar selama ini di kampar tidak benar menurut kedua datuk ini.
0 komentar:
Posting Komentar